Surabaya, beritasurabaya.net - Perubahan dari penggunaan Bahan
Bakar Minyak (BBM) menjadi Bahan Bakar Gas (BBG) menjadi pekerjaan
rumah yang sulit bagi pemerintah Indonesia saat ini untuk diterapkan di
masyarakat.
Untuk itu, PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP) yang ditunjuk oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai pelaksana
pengembangan dan pembagian converter kit BBG untuk transportasi
menggelar sosialisasi di kampus ITS, Jumat (6/12/2013) kemarin.
Sosialisasi ini ditujukan kepada para pimpinan di lingkungan ITS dan
perwakilan perguruan tinggi se-Surabaya baik negeri maupun swasta.
Pasalnya, ke depan seluruh mobil dinas di lingkungan ITS diproyeksikan
wajib menggunakan BBG. Sehingga mendukung program ITS Eco Campus, dengan
membantu mengurangi polusi udara dan penghematan konsumsi BBM.
Paradigma yang muncul di masyarakat saat ini telah mengarah pada BBM.
Padahal, Indonesia adalah penghasil LNG terbesar di dunia. Namun,
faktanya sebagian besar penduduk Indonesia justru menggunakan BBM.
”Maka dari itu, yang perlu diubah saat ini adalah paradigma
masyarakat Indonesia tentang BBG itu sendiri,”ungkap VP Sales PT
Nusantara Turbin dan Propulsi, Eka Wahyono.
Tujuan konversi energi ini diantaranya yakni untuk mengendalikan
subsidi BBM serta mengurangi beban biaya bahan bakar pemilik kendaraan.
Karena penggunaan BBG jauh lebih murah jika dibandingkan BBM, baik
premium maupun pertamax. ”Selain itu juga dapat mengendalikan lingkungan
dari polusi udara,”tuturnya.
Pemerintah telah memasok gas beserta infrastrukturnya sejak tahun
2013 ini, yang akan terus ditingkatkan hingga dua tahun ke depan.
Persediaan ini dipasok untuk memenuhi kebutuhan 1.000 kendaraan yang
setiap harinya diestimasi membutuhkan gas sebanyak 30 liter.
Namun, tekad baik pemerintah justru tidak disambut baik oleh
masyarakat. ”Masyarakat masih takut untuk mencoba menggunakan BBG,”ujar
Eka.
Sebab, masalah utamanya ialah pada budaya. Seberapa besar tekad
pemerintah, jika tidak diikuti oleh komitmen dari penggunanya, maka
tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Sehingga, Eka ingin
mendirikan sebuah SPBG di kampus, dengan meletakkan sebuah Mobile
Refueling Unit (MRU) di ITS. ”Harapannya nanti dapat tercipta diskusi
kecil di kampus yang dapat merubah budaya masyarakat, sedikit demi
sedikit,”katanya.
Sebelum dibangun sebuah MRU, sebelumnya, pemerintah yang digawangi
oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memberikan
converter kit untuk mobil dinas ITS. Converter kit yakni sebuah alat
yang dapat membuat mobil menjadi menggunakan dua bahan bakar, yakni BBM
dan BBG. ”Mobil yang sebelumnya hanya minum bensin, akan bisa menghirup
gas juga,”jelasnya.
Jika ingin menggunakan BBG, maka dapat diterapkan penggunaan BBG,
begitupula sebaliknya untuk BBM. Sehingga, masyarakat tidak perlu takut
jika sedang perjalanan pulang kampung ternyata tidak mendapati SPBG di
sepanjang jalan. Sebab, mobilnya bisa berganti menjadi BBM yakni
menggunakan bensin.
”Ketika gas dalam tangki sudah habis pun ia akan berganti ke BBM
secara otomatis. Mobil baru tidak bisa digunakan jika dua-duanya tidak
terisi, baik BBM maupun BBG,”ungkap Eka.
Tahun 2013 ini, Kementerian ESDM telah menerapkan sejumlah 3000
converter kit untuk mobil dinas pemerintah, maupun perguruan tinggi.
Untuk ITS, setidaknya akan ada 43 mobil dinas yang akan dipasang dengan
alat ini secara gratis.
Pemasangannya hanya membutuhkan waktu enam hingga delapan jam, dan
benar-benar tidak dipungut biaya sama sekali. ”Harapannya, dari paksaan
untuk berubah ini, lantas akan dicoba menggunakan BBG, lalu menjadi
terbiasa yang selanjutnya dapat berubah menjadi budaya
masyarakat,”ungkapnya. (nos)
http://beritasurabaya.net/index_sub.php?category=6&id=10574